Oleh: Dr. Saiful Bahri, M.A
Materi sebelumnya:
http://www.iman-islam.com/2016/02/qs-nuh-bag-1.html?m=1
Dengan Dialog dan Bukan Dengan Doktrin
Nabi Nuh as dalam berdakwah tidaklah pernah memaksa, tidak juga menggunakan doktrin yang tidak masuk akal. Beliau berdakwah dengan penuh hikmah. Bahkan kaumnya diajak berdialog dengan membaca ayat-ayat kauniah Allah.
”Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal dia sesungguhnya telah menciptakanmu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkanmu (ke hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”. (QS. 71: 13-20)
1. Pertama, Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk mengenal penciptaan manusia yang bertingkat-tingkat. Siapakah yang menjadikan hal tersebut. Dari setetes air mani yang mengandung sperma yang membuahi ovum kemudian berubah melalui berbagai fase hingga kemudian membentuk janin yang sempurna sampai kemudian keluar dari rahim ibunya. Siapa yang mampu menciptakan hal seperti itu.
2. Kedua, Alam sekeliling manusia. Langit, bintang dan jagad raya yang ada terhampar begitu luas. Tak ada yang tahu seberapa luasnya. Di mana batas-batasnya. Siapakah yang menciptakannya. Dan siapakah yang menjadikan bumi menghampar sebagai tempat hidup manusia yang bisa berjalan ke mana saja untuk menjemput rizki dan karunia Allah.
Tapi, nihil. Hati kaum Nabi Nuh benar-benar tertutup. Lebih keras dari batu. Maka Nabi Nuh pun mengeluhkan pada Allah,
📌”Nuh berdoa: Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku” (QS. 23: 26)
Dalam surat ini Nabi Nuh lebih jelas berdoa,
📌”Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka., dan melakukan tipu-daya yang amat besar.” (QS. 71: 21-22)
Kukuh Dalam Kesalahan
Lihatlah bagaimana mereka bersikukuh pada ego mereka. Para pemuka kaum menyeru tak henti-henti pada semua orang. Anehnya perkataan mereka lebih didengar daripada perkataan Nabi Nuh as. Padahal mereka jelas-jelas menjerumuskan kepada kesesatan.
”Dan mereka berkata: Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. (QS. 71: 23)
Wadd, suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr adalah nama-nama berhala yang mereka sembah.
Imam Bukhary meriwayatkan perkataan sahabat Ibnu Abbas ra.,”Tuhan-tuhan mereka ini kemudian disembah orang-orang di semenanjung Arab . Wadd disembah kabilah al-Kalb yang bertempat di Daumah al-Jandal, Suwwa’ disembah oleh Hudzail, Yaghuts oleh Murad dan Bani Ghutaif, Ya’uq disembah Kabilah Hamdan serta Nasr disembah Kabilah Hamir di Yaman …” ([6]).
Dulunya mereka adalah orang-orang shalih yang baik yang kemudian dikultuskan secara berlebihan oleh orang-orang yang datang setelah mereka. Syaitan pun bermain di sana untuk menyesatkan manusia.
📌”Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka. Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah”. (QS. 71: 24-25)
Karena itu, sebagai pamungkas Nabi Nuh memohon yang terbaik. Menyerahkan ketentuan kepada Allah. Supaya Allah menghukum mereka.
📌” Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS. 71: 26-27)
Dan sebagaimana kita tahu, air pun melimpah dari segala arah.
📌”Maka kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan”. (QS. 54: 11-12)
Keluarga yang Dibanggakan
Bersambung
Dipersembahkan:
www.iman-islam.com